BEBERAPA MASALAH YANG DIJUMPAI
ANAK SEKOLAH
Beberapa masalah yang
menyebabkan anak kehilangan rasa bangga dan gembira disaat disekolah :
A.
Keharusan adanya tatatertib sekolah
Anak mengalami masa matang sekolah bila telahmengalami sifat social yang luas dalam kehidupan sehari-hari. Anak akan terkeju tterhadap
situasi sekolah yang baru, disekolah ia menjadi anggota baru masyarakat sekolah.
Barulah diketahui seorang anak bahwa dalam kesatuan social sekolah tersebut terdapat peraturan tatatertib yang
berpuncak pada pemberian sanksi atau hukuman, dan apabila anak tersebut tidak dapat menyesuaikan diri maka anak tersebut akan melanggar peraturan. Bagi anak yang hidupnya longgar dari peraturan, akan bereaksi negative
terhadap peraturan tatatertib tersebut karena merasa terkekang. Reaksi tersebut oleh freud disebut frustasi,
perasaan tidak puas karena keinginannya terhalang. Cara yang dilakukanan akakibat frustasi :
a. Agresi langsung,
Sikap melawan dengan rasa marah terhadap penghalang kebebasan untuk mencapai keinginannya.
b. Agresi tak langsung
Sikap melawan dengan rasa marah terhadap penghalang kebebasan untuk mencapai keinginan dengan cara mencari sasaran lain
(pelampiasan).
c. Mengundurkan diri
Disimpan didalam jiwanya dan akan dilampiaskan setiap ada kesempatan.
d. Gangguan psikomatis
Timbul suatu penyakit tubuh karena frustasi, contoh: gatal pada, pusing dll.
e. Rasionalisasi
Memberi arti yang sebaliknya terhadap penghalang keinginannya untuk berpuas diri.
f. Regresi
Dilakukan dalam bentuk yang menyerupai perbuatan anak yang lebih kecil.
Cara mengurangi frustasi anak :
a. Tidak terlaluberatnya tututan sekolah
Mengusahakan membentuk sebuah peraturan yang tidak menekan mental maupun fisik anak.
b. Mengurangi keketatan tatatertib
Membiarkan anak menyesuaikan diri seperti yang dapat dilakukannya, tanpa terlalu banyak cara menyesuaikan diri yang diharuskan kepadanya.
c. Memberi contoh
yang banyak
d. Menjelaskan maksud dan tatatertib sekolah
Membuat tatatertib yang mudah dimengerti anak tanpa mengurangi maksud dan tujuan, sehingga anak merasa nyaman dan aman dalam menerima tatatertib tersebut tanpa merasa terkekang dan terpaksa.
e. Tidak obral dengan hukuman
Peraturan yang
dibuat harus disertai kejelasan agar merasa tenang namun juga merasa bebas. Tatatertib yang disertai dengan sanksi atau hukuman hanya akan menimbulkan reaksi negative.
Yang
perlu diingat bahwa hukuman yang sejati harus bertalian dengan kata hati,
artinya akibat hukuman itu harus mewujudkan terbentuknya sifat positif terhadap anak. Beberapa yang
diisyaratkan bagi hukuman adalah :
1. Hukuman harus menerbitkan rasa
bersalah
Rasa bersalah pada jiwa anak akan bangkit bila ia mengalami bahwa ia telah menyakiti seseorang yang ia sayangi dengan sengaja. Maka dari itu sebagai guru, guru
harus bias menempatkan diri sebagai orang yang disayangi anak tersebut, sehingga saat anak melakukan kesalahan guru harus memberikan kesempatan dan maaf bagi anak tersebut.
2. Hukuman itu harus merupakan pengorbanan bagi sipendidik.
Jika sianak merasa menderita maka penghukum juga harus merasakan penderitaan, dengan adanya penderitaan terhadap sipenghukum maka anak akan menyadari adanya solidaritas.
3. Hukuman harus berakhir dengan pemberian maaf
Pendidik harus
menunjukkan bahwa ia telah memaafkan kesalahan anak, jika anak tersebut telah
menjalani hukuman itu dan menerima anak itu kembali dengan gembira, kedalam
pergaulan dan berbuat seakan-akan hal yang menyakitkan itu telah dilupakan
seluruhnya.
B.
Adanya
Tuntutan-tuntutan Tertentu
Bila tuntutan
sekolah terlalu berat hingga peralihan dari suasana rumah selalu mendadak
sehingga menyebabakan reaksi pada anak, antara lain:
a. Si Penurut
Biasanya terjadi
pada anak kecil yang dipaksa menurut terhadap segala peraturan yang terlalu
berat, dan tidak mendapat kesempatan untuk bertanya. Anak semacam ini akan
menjadi anak yang tidak berkepribadian. Lalu anak ini tidak akan berani
mengungkapkan pendapat.
b. Si Pengambil Muka
Biasanya anak
seperti ini sering berpura-pura patuh terhadap guru. Tetapi bila tidak ada
gurunya anak ini akan menjelek-jelekan gurunya. Anak seperti ini akan menjadi anak yang tidak jujur,
bermuka dua, dan tidak setia.
c. Si Pelamun
Ada kalanya anak
menjadi pelamun karena ada tuntutan berat , sehingga dia berkhayal. Ia bersikap
tak acuh kepada guru, pelajaran, maupun teman-temannya. Bila sikap ini tumbuh
terus dan tidak mendapat perhatian atau bimbingan, anak ini tidak akan berguna
bagi masyarakat.
d. Si Penentang
Bila mendapat tuntutan terlalu berat ia
akan menentang. Ia menganggap semua musuhnya dan sikapnya agresif. Sikap ini
perlu mendapat bimbingan dari guru.
Dengan contoh-contoh diatas, dapat diketahui bahwa
tuntutan terlalu berat mengakibatkan sifat kurang baik. Karena itu jika guru
melihat gejala seperti contoh diatas, segera bertindak mencari penyebabnya
karena akan menolong guru melakukan tindakan selanjutnya.
C.
Adanya
Persaingan
Gejala ini mudah sekali nampak dalam cara
berpakaian dan perhiasan anak anak
terlebih putri. Anehnya
orang tua bukannya menasehati tetapi seperti mendukung tanpa menghiraukan
bahayanya. Padahal sering sekali perhiasan atau barang-barang anak hilang saat
di sekolah atau di jalan, karena kurangnya hati-hati saat bermain atau memakai
perhiasan itu.
Sebaiknya sekolah
mengadakan penyeragaman pakaian anak-anak juga larangan memakai perhiasan yang
kiranya kurang bermanfaat. Dengan itu sekolah juga
akan terhindar dari beberapa kemungkinan:
1. Sekolah tidak harus berusaha mencari
barang yang hilang
2. Sekolah terhindar dari kemungkinan
tumbuhnya perbuatan kurang baik pada anak-anak
3. Sekolah tidak terlalu banyak berurusan
dengan keluarga selain masalah pelajaran dan keadaan anak.
Dalam
hal ini bukan berarti sekolah meniadakan persaingan dalam berpakaian, bahkan
guru harus menghidupkan persaingan itu, misalnya dalam kebersihan, kerapihan
dan pemeliharaan pakaian. Karena persaingan mengarah ke peningkatan tata cara
berpakaian sebagai salah satu aspek kehidupan masyarakat. Dengan terjaganya
kebersihan anak juga akan terhindar dari penyakit kulit.
Dalam hal ini, persaingan harus bersifat sehat, sportif,
dan terbuka. Sekolah yang baik harus menghidupkan persaingan seperti ini.
Pembinaan dalam hal ini bisa dilakukan dengan mengadakan berbagai lomba seperti
pemilihan bintang pelajar. Namun guru harus waspada terhadap anak yang tidak
pernah mendapat kesempatan menjadi juara, anak seperti ini harus dijaga jangan
sampai menjadi anak yang mudah putus asa dan menjadi rendah diri. Kepadanya di
berikan penjelasan-penjelasan yang sehat dan bisa dipahami oleh anak. Ada beberapa
kemungkinan yang akan dilakukan anak seperti
ini, antara lain:
1. Berputus asa, kalau hal ini tidak
mendapat pertolongan anak akan mengalami kemrosotan hasil belajar yang mendadak
ataupun berangsur-angsur.
2. Berkompensasi, artinya kekalahannya itu
akan ditebus dengan jalan berusaha lebih giat lagi, tetapi agal melupakan tugas
lainnya.
3. Berover kompensasi, anak akan menebus
kesalahannya dengan jalan berkompetisi secara berlebihan.
4. Bersublimasi, anak akan menunjukkan
kelebihannya dalam bidang studi lainnya.
Semua akibat itu lebih banyak mengandung hal-hal
yang kurang wajar dan kurang sehat. Sehinnga guru harus siap menyusun strategi pemeliharaan
sebelumnya. Kemungkinan
adanya persaingan yang lain adalah dalam olahraga seperti sepak bola,
bulutangkis, lompat jauh, lompat tinngi dan sebagainya. Tetapi dalam setiap
perlombaan itu jangan diukur atas prestasi melainkan untuk menggalakkan
kegemaran berolahraga pada anak-anak.
D.
Sikap
yang Kurang Menguntungkan
Sikap yang kurang menguntungkan bagi
anak antara lain:
a)
Sikap Guru Centris
Sikap guru centris menunjukan bahwa antara anak dan guru telah terjalin
dengan baik, yang perlu diadakan penelitian adalah masalah yang didukung oleh
sikap tersebut. Apabila masalah memang tidak penting, orang tua tidak
perlu mereaksi secara serius, tapi bila masalahnya penting seperti masalah
ketidaksamaan dalam norma kesusilaan, perlu kiranya orang tua berkonsultasi
dengan guru agar dicapai kesesuaian dalam kesusilaan.
b)
Pilih Kasih
Kebanyakan
anak berpendapat demikian karena didukung prasangka yang disebabkan oleh
hal-hal yang baginya kurang memuaskan. Kemungkinan besar adanya prasangka ini
berasal dariseseorang yang merasaharga diri kurang, yang mencoba merebut perhatian
guru tetapi tidak mendapat pelayanan dari guru sebagaimana yang diharapkan,
sedang teman yang pada saat itu dipandang sebagai rivalnya dipandang
mendapatkan perhatian dari guru. Jadi sebenarnya prasangka adanya sikap pilih kasih itu
adalah sekadar untuk mendapatkan pelampiasan yang disebabkan kekecewaan.
c)
Sikap Global antara Guru dan Mata Pelajarannya
Seorang
guru yang tidak disenangi murid sering menyebabkan mata pelajarannya tidak
disenangi murid pula. Tidak disenangi itu mungkin karena perangainya. Karena
kebiasaan, karena suaranya, atau karena sikapnya yang kurang baik. Sikap semacam ini tentu
saja akan merugikan anak itu sendiri karena dengan demikian anak itu tidak
bersedia untuk benar-benar memusatkan perhatiannya kepada pelajaran dan hal ini
membawa akibat pada masalah penilaian.
d)
Tentang Penentuan Nilai
Banyak
anak yang mengira bahwa yang menentukan nilai pelajaran itu adalah guru,
padahal yang mentukan nilai adalah anak itu sendiri. Hal ini menuntut guru
agar bersikap objektif dalam memberikan nilai. Sedikit kurang cermat atau
keliru dalam menentukannya akan menyebabkan reaksi protes dari anak-anak kepada
guru.
0 komentar:
Posting Komentar