BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas berbeda dengan
pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembeljaran lebih menekankan pada
kegiatan perencanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran.
Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan
dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar
(pembinaan rapport, penghentian perilaku peerta didik yang
menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh
peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif) di
dalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas.
Pengelolaan kelas terdiri dari dua
kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah
“kelola” ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari pengelolaan
adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa inggris
“management”, yaitu yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.
Pengelolaan Kelas /pembelajaran
adalah seni dalam mengoptimalkan sumber daya kelas demi terciptanya
proses pembelajaran berpusat pada siswa yang efektif dan efisien yang banyak
menerapkan pembelajaran kooperatif, pembelajaran kolaboratif baik untuk tingkat
SD SMP SMA maupun SMK. Pengelolaan kelas pada
Pembelajaran Kurikulum 2013 juga diartikan sebagai upaya pendidik untuk
menciptakan dan mengendalikan kondisi belajar yang kondusif serta memulihkannya
apabila terjadi gangguan dan/atau penyimpangan, sehingga proses pembelajaran
dapat berlangsung secara optimal (Depdiknas, 2008).
Pengelolaan kelas seperti dinyatakan
pada pengertian menurut Depdiknas, 2008 di atas dapat diterjemahkan sebagai
berikut:
1.
pengelolaan kelas berisi upaya-upaya yang dilakukan guru
2.
pengelolaan kelas harus punya kekuatan menciptakan ketertiban
diantara komunitas
3.
pengelolaan kelas harus punya kekuatan menjaga ketertiban proses
belajar
4.
pengelolaan kelas harus mengikat kepada anggota komunitas kelas
5.
pengelolaan kelas memiliki strategi jitu untuk menjaga proses
belajar yang kondusif
6.
pengelolaan kelas memiliki sistem pemulihan terhadap gangguan
7.
pengelolaan kelas harus punya sistem penguat yang menjaga tingginya
kondusifitas kondisi belajar
Hadari Nawawi memandang kelas dari
dua sudut, yaitu:
1.
Kelas dalam arti sempit yakni tempat sejumlah siswa berkumpul untuk
mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini
mengandung sifat statis karena sekadar menunjuk pengelompokkan siswa menurun
tingkat perkembangan yang antara lain didasarkan pada batas umur kronologis
masing-masing.
2.
Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan
bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai suatu kesatuan diorganisasi menjadi
unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar
mangajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
Maka pengelolaan kelas merupakan
usaha sadar atau keterampilan seorang guru untuk menciptakan, mengatur, dan
memelihara kegiatan proses beajar mengajar secara sistematis dan kondusif yang
mengarah pada penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar,
mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar berjalan dengan baik
dan tujuan kurikuler dapat tercapai.
B.
Tujuan Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas mempunyai dua
tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1.
Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan
fasilitas belajar untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai
hasil yang baik.
2.
Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan
peserta didik bekerja dan belajar, serta membantu peserta didik untuk
memperoleh hasil yang diharapkan.
Tujuan pengelolaan kelas pada
hakikatnya telah terkandung pada tujuan pendidikan dan secara umum tujuan
pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam - macam kegiatan
belajar peserta didik sehingga subjek didik terhindar dari permasalahan
mengganggu seperti peserta didik mengantuk, enggan mengerjakan tugas, terlambat
masuk kelas, mengajukan pertanyaan aneh dan lain sebagainya.
Tujuan pengelolaan kelas lainnya
yakni menciptakan dan menjaga kondisi kelas agar PBM dapat berlangsung dengan
baik sesuai dengan sasarannya. Artinya upaya yang dilakukan oleh guru, agar
peserta didik-peserta didik yang kemampuannya tidak semua sama, dapat mengikuti
dan menguasai materi pelajaran yang diajarkan guru. Kepemimpinan situasional
dengan gaya kepemimpinan situasionalnya yang dimiliki guru merupakan solusi
untuk keberhasilan pengelolaan kelas yang efektif. Guru akan selalu mempelajari
kondisi peserta didik di kelas tempat guru tersebut mengajar, dan menentukan
apa yang harus dilakukan oleh guru, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat
berjalan dengan baik dan tujuan pengajaran tercapai.
Tujuan
pengelolaan kelas adalah:
1.
Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan
belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peseta didik untuk
mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin
2.
Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya
interaksi pembelajaran
3.
Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang
mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial,
emosional dan intelektual siswa dalam kelas
4.
Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial,
ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya
Adapun tujuan pengelolaan kelas bagi siswa adalah:
1.
Mendorong siswa mengembangkan
tanggungjawab individu terhadap tingkah lakunya serta sadar untuk
mengendalikan dirinya
2.
Membantu siswa mengerti akan arah tingkah laku yang sesuai dengan
tata tertib kelas, dan melihat atau merasakan teguran guru sebagai suatu
peringatan dan bukan kemarahan
3.
Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas
sertabertingkah laku yang wajar sesuai dengan aktivitas-aktivitas kelas.
Bagi Guru tujuan keterampilan dalam
mengelola kelas adalah untuk melatih keterampilannya dalam:
1.
Mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam memelihara
kelancaran penyajian dan langkah-langkah pelajaran secara tepat dan baik.
2.
Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa dan mengembangkan
kompetensinya di dalam memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa
3.
Memberikan respon secara efektif terhadap tingkah laku yang
menimbulkan gangguan-gangguan kecil atau ringan serta memahami dan menguasai
seperangkat kemungkinan strategi yang dapat digunakan dalam hubungan dengan
masalah tingkah laku siswa yang berlebih-lebihan atau terus menerus melawan di
kelas.
C.
Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas
Adam dan Decey mengemukakan peranan
guru dalam proses belajar mengajar adalah (1) Guru sebagai demonstrator; (2)
Guru sebagai pengelola kelas; (3) Guru sebagai mediator dan fasilitator dan (4)
Guru sebagai evaluator.
Guru sebagai pengelola kelas harus
memiliki manajemen kelas, tanpa kemampuan ini maka perfomance dan karisma guru
akan menurun, bahkan kegiatan pembelajaran bisa kacau tanpa tujuan. Guru
sebagai pengelola kelas bertugas membuat anak didik betah tinggal di kelas
dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Beberapa
fungsi guru sebagai pengelola kelas adalah merancang tujuan pembelajaran,
mengorganisasi beberapa sumber pembelajaran, memotivasi yang bisa dilakukan
dengan memberi hukuman atau reward, mendorong, dan menstimulasi siswa serta
mengawasi segala sesuatu apakah berjalan dengan lancar apa belum dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk menciptakan suasana yang dapat
menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, dan lebih
memungkinkan guru memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam
belajar, diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai. Pengorganisasian kelas
adalah suatu rentetan kegiatan guru untuk menumbhkan dan mempertahankan
organisasi kelas yang efektif, misalnya:
1.
Pengaturan penggunaan waktu yang tersedia untuk setiap pelajaran
2.
Pengaturan ruangan dan perabotan pelajaran di kelas agar tercipta
suasana yang menggairhakan dalam belajar
3.
Pengelompokan siswa dalam belajar disesuaikan dengan minat dan
kebutuhan siswa itu sendiri
D.
Prinsip Pengelolaan Kelas
Secara umum faktor yang mempengaruhi
pengelolaan kelas dibagi menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor
ekstern siswa. Faktor intern berhubugan dengan masalah emosi, pikiran, dan
perilaku. Kepribadian siswa dengan ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan
siswa berbeda dari siswa lainnya secara individul. Perbedaan secara individual
ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan
psikologis.
Faktor ekteren siswa terkait dengan
masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa,
jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai
dinamika di kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas akan cenderung lebih
mudah terjadi konflik begitu sebaliknya.
Dalam rangka memperkecil masalah
gangguan dalam kelas, prinsip-prinsip pengelolaan elas dapat dipergunakan
yaitu:
1.
Hangat dan antusias, kehangatan dan keantusiasan guru dapat
memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan salah satu
syarat bagi kegiatan belajar-mengajar yang optimal. Guru yang bersifat akrab
secara ajek menunjukkan antusiasnya terhadap tugas-tugas, terhadap
kegiatan-kegiatan, atau terhadap siswanya akan aktivitasnya maka berhasil dalam
mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2.
Tantangan, penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau
bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gariah anak didik untuk belajar
sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3.
Bervariasi, penggunaan variasi dalam media, gaya mengajar guru,
pola interaksi antara guru dan anak didik merupkan pengulangan-pengulangan
aktivitas yang menyebabkan menurunnta kegiatan belajar dan tingkah laku positif
siswa. Jika terdapat berbagai variasi maka proses menjadi jenuh akan berkurang
dan siswa akan cenderung meningkatkan keterlibatannya dalam tugas dan tidak
akan mengganggu kawannya.
4.
Keluesan, dalam proses belajar mengajar guru harus waspada
mengamati jalannya proses kegiatan tersebut. Termasuk kemungkinan munculnya
gangguan seperti keributan sswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas
dan sebagainya. Sehingga diperlukan keluwesan tingkah laku guru untuk dapat
merubahberbagai strategi mengajar dan memanipulasi berbagai komponen
keterampilan yang lain.
5.
Penekanan pada hal-hal yang positif, pada dasarnya dalam mengajar
dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari
pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal negatif. Penekanan tersebut dapat
dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk
menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.
Cara guru memelihara suasana yang positif antara lain:
a)
Memberikan aksentuasi terhadap tingkah laku siswa yang positif dan
menghindari ocehan atau celaan atau tingkah laku yang kurang wajar.
b)
Memberikan penguatan terhadap tingkah laku siswa yang positif
6.
Penanaman disiplin diri, tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah
anak dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya
selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru
sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan
tanggung jawab.
E.
Bentuk Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Keharmonisan hubungan guru dan anak
didik, tingginya kerjasama di antara siswa tersimpul dalam bentuk interaks.
Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan
dalam rangka pengelolaan kelas.
Berbagai pendekatan tersebut antara
lain sebagai berikut:
1.
Pendekatan kekuasaan (autority approach), pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol
tingkah laku anak didik dengan penerapan disiplin. Peranan guru disini adalah
menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan
adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya
ada kekuasaan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas.
2.
Pendekatan ancaman,
pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku
anak didik yang dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang,
ejekan, sindiran dan memaksa.
3.
Pendekatan kebebasan (permisive approach), pengelolan kelas diartikan upaya yang dilakukan oleh guru dengan
memberi kebebasan kepada siswa untuk melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan
yang mereka inginkan. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin
kebebasan anak didik. pendekatan ini sama dengan endekatan kekuasaan dan
ancaman dianggap kurang efektif karena pendidikan ini bagi guru bersikap
reaktif. Hanya terbatas pada masalah-masalah yang muncul secara insendental
saat itu, kurang megnarah pada pemecahan masalah yang bersifat jangka panjang
(yang akan datang), bersikap absolut (mutlak) dan tidak membuka peluang bagi
pengambilan tindakan-tindakan yang lebih luwes dan kreatif.
4.
Pendekatan perubahan tingkah laku (behavior modification approach), pengelolaan kelas diartikan upaya untuk mengembangkan dan
memfasilitasi perubahan perilaku yang bersifat positif dari siswa dan berusaha
semaksimal mungkin mencegah munculnya atau memperbaiki perilaku negatif siswa.
Program atau kegiatan yang
mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan
menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan hikang dari
tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut
pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan
pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas.
Sebaliknya, tingkah laku yang kurang
baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan
menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan
dihindari.
5.
Pendekatan sosio-emosional (sosial emosional climate approach), pengelolaan kelas diartikan upaya untuk menciptakan suasana
hubungan interpersonal yang baik dan sehat antara guru dan siswa dengan siswa.
Guru menduduki posisi terpenting bagi
terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik. Oleh karena itu, pendekatan ini
berkeyakinan bahwa suasan atau iklim kelas yang baik berpengaruh terhadap
kegiatan belajar mengajar. Hubungan gru dengan siswa yang penuh simpati dan
saling menerima merupakan kunci pelaksanaan dari pendekatan ini. Dengan
demikian pendekatan ini menekankan pentingnya tingkah laku atau tindakan guru
yang menyebabkan siswa memandang guru itu benar-benar terlibat dalam pembinaan
siswa dan memperhatikan apa yang siswa baik suka maupun duka. Implikasi dari
pendekatan ini adalah bahwa siswa bukan semata-mata sebagai keseluruhan pribadi
yang sedang berkembang sehingga hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap
mengerti dan sikap mengayomi atau sikap melindungi akan terwujud.
6.
Pendekatan kerja kelompok (group process approach), dalam pendekatan ini peran guru adalah menumbuhkan dan
mempertahankan organisasi kelas yang efektif dan mendorong perkembangan serta
kerjasama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan
guru untuk menciptkan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi
kelompok produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu
agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harusdapat
mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi
masalah-masalah pengelolaan.
7.
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan
apa yang hatus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi
semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan
tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah
mengikuti petunjuk seperti yang tetulis dalam resep.
8.
Pendekatan pengajaran,
pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan
pelaksanaan akan mencegah munculnya maslah tingkah laku anak didik, dan
memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan
tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku
anak didik yang kurang baik. Pernanan guru adalah merencanakan dan
mengimplementasikan pelajaran yang baik.
9.
Pendekatan elektis atau pluralistik (electic approach) adalah pandangan yang mencakup tiga pendekatan (perubahan tingkah
laku, iklim sosio-emosional, dan proses kelompok).
Pendekatan elektis ini menekankan
pada potensialitas, kreatifitas, dan inisiatif wali atau guru kelas dalam
memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya.
Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu
dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan atau ketiga pendekatan
tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu
pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang
memiliki potensi untuk daoat menciptkan dan mempertahakan suatu kondisi
memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih
dan menggabungkan secara bebas pendektan tesebut sesuai dengan kemampuan dan
selama maksud dan tujuan penggunaannya untuk pengelolaan kelas disini aldah
suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif
dan efisien.
F.
Penerapan Sistem dalam Pengelolaan Kelas
Mengelola kelas merupakan pembuatan
keputusan-keputusan yang direncanakan bukan keputusan-keputusan spontan yang
diambildalam keadaan darurat jika seseorang guru dalam keadaan marah dan
frustasi terhadap siswa. Setelah guru tenang kembali ia merasa bahwa hukuman
tersebut terlalu berat apabila telah terjadi lagi pelanggaran serupa oleh siswa
lain haruskah guru berbuat seperti itu lagi? Jika demikian, ia bertindak tidak
adil tetapi tidak bertindak demikian, ia tidak konsisten biasanya antisipasi
terhadap timbulnya masalah-masalah di kelas akan menolong guru dari
dilema-dilema seperti itu. Dasar dari pendekatan yaitu bahwa perilaku yang baik
dikelas sebagian dapat dibentuk dengan cara memberikan ganjaran atau tidak.
1.
Teknik mendekati,
bila seseorang siswa mulai bertingkah, satu teknik yang biasanya efektif yaitu
teknik mendekatinya. Kehadiran guru bisa membuatnya takut, dan karena itu dapat
menghentikannya dari perbuatan yang disruptif tanpa perlu menegur andai kata
siswa mulai menampakan kecenderungan berbuat nakal, memindahkan tempat duduknya
ke meja gurudapat berefek preventif.
2.
Teknik memberi isyarat,
apabila siswa berbuat penakalan kecil, guru dapat memberikan isyarat bahwa ia
sedang diawasi. Isyarat tersebut dapat berupa petikan jari, pandangan tajam,
atau lambaian tangan.
3.
Teknik mengadakan humor, jika insiden itu kecil, setidaknya guru memandang efek saja,
dengan melihatnya secara humoristis, guru akan dapat mempertahankan suasana
baik, serta memberikan peringatan kepada pelanggar bahwa ia tahu tentang apa
yang akan terjadi.
4.
Teknik tidak mengacuhkan, untuk menerapkan cara ini guru harus luwes dan tidak perlu
menghukum setiap pelanggaran yang diketahuinya. Dalam kasus-kasus tertentu,
tidak mengacuhkan justru dapat membawa siswa untuk diperhatikan.
5.
Teknik yang keras,
guru dapat menggunakan teknik-teknik yang keras apabila ia dihadapkan pada
perilaku disruptif yang jelas tidak terkendalikan. Contohnya mengeluarkannya
dalam kelas.
6.
Teknik mengadakan diskusi secara terbuka, bila kenakalan di kelas mulai bertambah, seiring guru menjadi
heran. Ia lalu menilai kembali tindakan dan pengajarannya untuk menjelaskan
perbuatan-perbuatan siswa-siswanya. Dan menciptakan suasana belajar yang
sedikit lebih sesuai daripada sebelumnya.
7.
Teknik memberikan penjelasan tentang prosedur, kadang-kadang masalah kedisiplinan ada hubungannya yang langsung
dengan ketidakmampuan siswa melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya.
Kesulitan ini terjadi apabila guru berasumsi bahwa siswa memiliki keterampilan,
padahal sebenarnya tidak. Masalah yang hampir sama yaitu masalah-masalah
perilaku yang lazimnya berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang tidak biasa
di kelas.
8.
Mengadakan analisis,
kadang-kadang terjadi hampir terus menerus berbuat kenaka;an, guru dapat
mengetahui masalah yang akan di hadapinya dan mengurangi keresahan siswanya.
9.
Mengadakan perubahan kegiatan, apabila gangguan di kelas meningkat jumlahnya, tindakan yang
harus segera diambil yaitu mengubah apa yang sedang anda lakukan. Jika biasanya
diskusi, maka ubahlah dengan memberikan ringkasan-ringkasan untuk dibaca atau
menyuruh mereka membaca buku-buku pilihan mereka.
10.
Teknik menghimbau,
kadang-kadang guru sering mengatakan “harap tenang”. Ucapan tersebut adakalanya
membawa hasil siswa memperhatikannya. Tetapi apabila himbauan sering digunakan
mereka cenderung untuk tidak menggubrisnya.
G.
Keterampilan Guru dalam Mengelola Kelas
Komponen-komponen keterampilan yang
harus dimiliki oleh seorang guru dalam mengelola kelas pada umumnya dibagi
menjadi dua bagian, yaitu:
1.
Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan
kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif)
Preventif adalah upaya sedini
mungkin yang dilakukan oleh guru untuk mencegah terjadinya gangguan dalam pembelajaran.
Keterampilan dalam hal ini berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil
inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta aktivitas yang berkaitan dengan
keterampilan:
a)
Sikap tanggap, perhatian, keterlibatan, ketidakacuhan, dan
ketidakterlibatan dalam tugas-tugas di kelas. Siswa merasa ini ditunjukkan
dengan cara:
1)
Memandang secara seksama, bercakap-cakap, bekerjasama, dan
menunjukkan rasa persahabatan
2)
Gerak mendekati kelompok kecil atau individu secara wajar
menandakan kesiagaan, minat, dan perhatian guru terhadap tugas serta aktivitas
siswa
3)
Memberikan pernyataan dengan tanggapan, komentar, ataupun yang
lainnya kepada siswa. Namun tanpa menunjukkan dominasi guru, seperti memberi
komentar atau pernyataan yang mengandung ancaman
4)
Memberikan reaksi terhadap gangguan dan ketidakacuhan siswa dengan
bentuk teguran pada saat dan suasana yang tepat agar penyimpangan tingkah laku
tidak meluas
b)
Memberi perhatian mampu menumbuhkan pengelolaan kelas yang efektif
pada beberapa kegiatan yang berlangsung pada waktu yang sama. Membagi perhatian
dapat dibedakan menjadi dua:
1)
Visual, mengalihkan pandangan dari satu kegiatan kepada kegiatan
yang lain dengan kontak pandang terhadap kelompok siswa atau individu
2)
Verbal, guru dapat memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan dan
sebagainya terhadao aktivitas seorang siswa sementara ia memimpin kegiatan
siswa lain dan terlibat supervise pada aktivitas anak didik yang lain.
c)
Memusatkan perhatian kelompok terhadap tugas-tugas yang dilakukan.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
1)
Mmberi tanda, dalam memulai prosesbelajar mengajar guru memusatkan
pada perhatian kelompok terhadap suatu tugas dengan memberi tanda, misalnya
menciptakan atau membuat situasi tenang sebelum memperkenalkan objek,
pertanyaan, atau topik, dengan memilih anak secara random untuk meresponnya.
2)
Pertanggunganjawab, guru meminta pertanggungjawaban anak didik atas
kegiatan dan keterlibatannya dalam suatu kegiatan. Setiap anak didik sebagai
anggota kelompok harus bertanggungjawab terhadap kegiatan sendiri maupun kegiatan
kelompoknya. Misalnya dengan meminta siswa kepada anak didik untuk
memperagakan, melaporkan hasil dan memberikan tanggapan.
3)
Pengarahan dan petunjuk yang jelas, guru harus seringkali
memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas dan singkat dalam memberikan
pelajaran kepada anak didik, sehingga tidak terjadi kebingungan pada diri anak
didik. pengarahan dan petunjuk dapat dilakukan pada seluruh anggota kelas,
kepada kelompok kecil, ataupun kepada individu dengan bahasa dan tujuan yang
jelas.
4)
Penghentian, tidak semua gangguan tingkah laku dapat dicegah atau
dihindari. Yang dapat diperlukan disini adalah guru dapat menanggulangi
terhadap anak didik yang nyata-nyata melanggar dan mengganggu untuk aktif dalam
kegiatan di kelas. Bila anak didik menyela kegiatan anak didik lain dalam
kelompoknya, guru secara verbal menghentikan gangguan anak didik itu.
Teguran yang dilakukan guru adalah
salah satu cara untuk menghentikan gangguan anak didik. teguran verbal yang
efektif adalah yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a)
Tegas dan jelas tertuju kepada anak didik yang mengganggu serta
kepada tingkah lakunya yang menyimpang.
b)
Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan atau mengandung
penghinaan
c)
Menghindari ocehan atau ejekan, lebih-lebih yang berkepanjangan
5)
Penguatan, untuk menanggulangi anak didik yang mengganggu atau
tidak melakukan tugas, dapat dilakukan dengan memberikan penguatan yang di
pilih sesuai dengan masalahnya. Penguatan untuk mengubah tingkah aku merupakan
strategi remidial untuk mengatasi anak didik yang terus mengganggu atau tidak
melakukan tugas seperti:
a)
Dengan memberikan penguatan positif bila anak didik telah
menghentikan gangguan atau kembali pada tugas yang diminta
b)
Dengan memberikan penguatan positif terhadap anak didik yang lain
yang tidak mengganggu dan dipakai sebagai model tingkah laku yang baik bagi
anak didik yang suka mengganggu.
6)
Kelancaran, kelancaran atau kemajuan anak didik dalam belajar
sebagai indikator bahwa anak didik dapat memusatkan perhatiannya pada pelajaran
yang diberikan di kelas.
7)
Kecepatan, kecepatan disini diartikan sebagai tingkat kemajuan yang
dicapai anak didik dalam pelajaran. Yang perlu dihindari oleh guru adalah
kesalahan menahan kecepatan yang tidak perlu, atau menahan penyajian bahan
pelajaran yang sedang berjalan, atau kemajuan tugas. Ada dua hal kesalahan
kecepatan yang harus dihindari bila kecepatan yang tepat mau dipertahankan,
yaitu:
a)
Bertele-tele (mengulang, memperpanjang, mengubah-ubah)
b)
Mengulang penjelasan yang tidak perlu
2.
Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar
yang optimal (bersifat refresif dan perubahan tingkah laku)
Refresif adalah kemampuan guru mencari atau menemukan solusi yang
tepat untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam lingkungan pembelajaran.
Strategi untuk tidak perbaikan terhadap tingkah laku siswa yang terus menerus
menimbulkan gangguan dan tidak mau terlibat dalam tugas di kelas, yaitu:
a)
Modifikasi tingkah laku, guru menganalisis tingkah laku anak didik
yang mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku
tersebut dengan mengiplikasikanpemberian penguatan secara sistematis.
b)
Pendekatan pemecahan masalah kelompok, guru dapat menggunakan
pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara:
· Memperlancar
tugas-tugas: mengusahakan kerjasama yang baik salam pelaksanaan tugas
· Memlihara
kegiatan-kegiatan kelompok: memelihara dan memulihkan semangat anak didik dan
menangani konlik yang timbul
c)
Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah,
guru dapat menggunakan seperangkat arah untuk mengendalikan tingkah laku keliru
yang muncul, dan ia mengetahui sebab-sebab dasar yang mengakibatkan
ketidakpatuhan tingkah laku tersebut serta berusaha untuk menemukan
pemecahannya.
H.
Komponen-Komponen dalam Mengelola Kelas
1.
Kondisi dan Situasi Belajar yang Mendukung
a) KondisiFisik
1)
Ruangantempatberlangsungnya proses
belajarmengajar
(a)
Jeniskegiatan (di dalamkelas/ di
ruangpraktikum)
(b)
Jumlahsiswa yang melakukankegiatan
2) Pengaturantempatduduk
(a) Berbaris
(b) Pengelompokkanindividu
(c) MembentuksetengahLingkaran/ lingkaranpenuh
(d) BerbentukLingkaran
(e) RuangKelas yang normal
3) Ventilasidanpengaturancahaya
Ventilasiharuscukupmenjaminkesehatansiswaantaralainjendela
yang cukupbesar agar cahayamataharimasukdanudarasehat.
4) Pengaturanpenyimpananbarang-barang
Penyimpananbaranghendaknyadisimpanditempatkhusus
yang
mudahdicapaidandiatursedemikianrupasehinggabarang-barangtersebutsegeradapatdigunakan.
b) KondisiEmosional
1) TipeKepemimpinan
TipeOtoriter
(dictator) yang dengankondisiinisiswahanyaakanaktifkalauada guru
sedangkankalautidakadamakatidakakanaktif.
Aktivitasbelajarmengajarsangattergantungpada guru
danmenuntutbanyakperhatiandari guru.
Tipedemokratislebhmemungkinkanterbinanyasikappersahabatanantarasiswadengan
guru.Sikapinidapatmembantu.Menciptakaniklim yang
menguntungkanbagiterciptanyakondidi proses belajarmengajar yang optimal.
2) Sikap Guru
Sikap guru
menghadapisiswa yang
melanggarperaturansekolahhendaknyatetapbersabardanbersahabatdengansuatukeyakinanbahwatingkahlakusiswadapatdiperbaiki.
3) Suara Guru
Hendaknyadengansuara
yang rendahtetapicukupjelasdengan volume suara yang penuh.
4) PembinaanRaport
Denganberhubunganbaik
guru dansiswadiharapkansiswasenantiasagembira, penuhgairahdansemangat.
2.
Administrasiteknik
a. Absensi, pengelolaanabsensihendaknyadilakukansecara periodic
b. Tempatbimbingansiswa, ruangankhusuuntukkeperluanbimbingansiswa yang
dilakukan guru, walikelas, atau guru pembimbingsekolah.
c. Tempatbacasiswa
d. Tempatsampah
e. Catatanpribadisiswa, dengancatatanpribadisiswa, siswa, guru
akanmengenalsiswasecaralengkaptermasuklatarbelakangkehidupansiswa
3.
Dimensipengelolaankelas
1) Dimensipencegahan, dimensipencegahan (preventif) dapatmerupakantindakan
guru dalammengatursiswadanperalatanatauformat belajarmengajar yang tepat.
Dalamrangkapembinaanpengelolaan di sekolahkitadapatmenempuhberbagaiusahaantara
lain:
a. Meningkatkankesadarandiridari guru
b. Meningkatkankesadransiswa
c. Sikaptulusdari guru
d. Menemukandanpengenalan alternative pengelolaan
e. Membuatkontrak social
2) Dimensitindakan (action), dimensitindakanmerupakankegiatan yang dilakukan
guru bilaterjadimasalahpengelolaan. Adapunhal yang
bisadijadikanpertimbanganbagi guru adalah:
a. Lakukantindakandanbukanceramah
b. Gunakan ‘kontrol” kerja
c. Nyatakanperaturandankonsekuensinya
3) Dimensipenyembuhan, dimensipenyembuhandimaksudkanuntukmembinakontrak
social yang tidakjalan. Bentukdarisituasiini:
a. Siswamelanggarsejumlahperaturransekolah
b. Siswamenolakkonsekuensi
c. Siswamenolaksamasekaliayurankhusus yang sudahdibuat
4.
Disiplin
1)
PengertianDisiplin,
disiplintimbuldarikebutuhanuntukmengadakankeseimbanganantaraapa yang
diinginkandarioranglainsampaibatas-batastertentu. Pembiasaandengandisiplin di
sekolahakanmempunyaipengaruh yang positifbagikehidupansiswa di masa yang akan
dating.
2)
Sumber-sumberpelanggarandisiplin
a. Tipekepemimpinan guru ataukepalasekolah yang salah.
b. Sebagianhak-hakdikurangi
c. Kurangdilibatkannyadalamkegiatantanggungjawabsekolah.
3)
Penanggulanganpelanggarandisiplin,
penanggulangan yang
dapatdilakukanadalahdengancarapendekatanemosionalataupengenalanterhadapmerekadanlatarbelakangnya.
Berbagaialatbisadigunakanantara lain:
a.
Interisty inventory (pertanyaantentanghobi,
favorit, guru yang paling disukai/dibencidanlainnya)
b.
Sosiogram (hubungan social
psikologisdenganteman-temannya)
c.
Feddback letter
(membuatkarangantentangperasaanterhadapsekolahmereka)
I. Hal-Hal yang
HarusDihindaridalamMengelolaKelas
Dalammengelolakelassecaraefektifadasejumlahkekeliruan
yang harusdihindarioleh guru yaitusebagaiberikut:
1.
Campurtangan yang berlebih (teachers
instruction)
Apabila
guru menyela yang sedangasyikberlangsungdengankomentar, pertanyaan,
ataupetunjuk yang mendadak, kegiatanituakantergangguatauterputus. Hal
iniakanmemberikesankepadasiswabahwa guru
tidakmemperhatikanketerlibatandankebutuhananak.
Iahanyainginmemuaskankehendaksendiri.
2.
Kelenyapan (fade away)
Hal
initerjadijika guru gagalsecaratepatmelengkapisuatuinstruksi, penjelsan,
petunjuk, ataukomentar, dankemudianmenghentikanpenjelasanatausajiantanpaalasan
yang jelas.Jugadapatterjadidalambentukwaktudian yang terlalu lama,
kehilanganakal,
ataumelupakanlangkah-langkahdalampelajaran.Akibatnyaialahmembiarkanpikiransiswamengawang-awangmeluntur,
danmengganggukeefektifansertakelancaranpelajaran.
3.
Ketidaktepatanmemulaidanmengakhirikegiatan
(stops dan stars)
Hal
inidapatterjadibila guru
memulaisuatuaktifitastanpamengetahuiaktifitassebelumnyamenghentikankegiatanpertama,
memulai yang kedua, kemudiankembalikepadakegiatan yang
pertamalagi.Dengandemikian guru
tidakdapatmengendalikansituasikelasdanakhirnyamengganggukelancarankegiatanbelajarsiswa.
4.
Penyimpangan (digression)
Akibat
guru terlaluasyikdalamsuatukegiatanataubahkantertentumemungkinkaniadapatmenyimpang.
Penyimpangantersebutdapatmengganggukelancarankegiatanbelajarsiswa.
5.
Bertele-tele (overdweiling)
Kesalahaniniterjadibilapembicaraan
guru bersifatmengulang-ulanghal-haltertentu,
memperpanjangketeranganataupenjelasan, mengubahteguransederhanamenjadiocehanataukupasan
yang panjang.
J.
Indikatorsebagaitolakukurkesuksesan guru dalammengelolakelas
Ada beberapaindikator yang
bisadigunakansebagaitolakukurbahwapengelohankelasdapatdikatakanberhasiladalahsebagaiberikut:
a)
Guru mengertiperbedaanantaramengelolahkelasdanmendisip[linkankelas
b)
Sebagai guru
jikaandapulangkerumahtidakdalamkeadaan yang sangatlelah
c)
Guru
mengetahuiperbedaanantaraprosedurkelas (apa yang guru
inginkanterjadicontohnyacaramasukkedalamkelas,mendiamkansiswa,bekerjasecarabersamaandan
lain lain) danrutinitaskelas (apa yang
siswalakukansecaraotomatismisalnyatatacaramasukkelas,pergike toilet dan lain
lain). ingatprosedurkelasbukanpengaturankelas.
d)
Kelasmelakukanpengelolahankelasdenganmengorganisirprosedurprosedur,sebabprosedurmangajarkansiswaakanpentingnyatanggungjawab.
e)
Guru
tidakmendisiplinkansiswadenganancaman-ancaman,dankonsekuensi
(stiker,penghilanganhakseswadan lain-lain)
f)
Guru mengertibahwaperilakusiswa di
kelasdisebabkansesuatu,sedangkandisiplinbisadipelajari.
Dalamprosesnyaadajuga guru yang
belumpandaidalammengelolakelas,sehinggatujuanpembelajarannyatidakbisatercapai.
Disiniakandijelaskanhalhal yang membedakananatara guru yang berhasildenganbaik:
a. Guru yang kurangberhasilmenghabiskanhari-haripertama ditahunajarandenganlangsungmengajarkansubyekmatapelajarankemudiansibukmendisiplinkansiswaselamasetahunpenuh.
b. Guru yang efektifmenhabiskanduaminggupertama di
tahunajarandenganmeneguhkanprosedur.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Keterampilanpengelolahankelasperludimilikiolehguru,karenahaliniakanmembantudalampencapaiantujuanpembelajaransendiri.
Pengelolahankelasadalahkegiatan yang dilakukanoleh guru yang
ditunjukanuntukmenciptakankondisikelasyang memungkinkanberlangsungnya prose
pembelajaran yang kondusifdanmaksimal.Pengelolahankelasditekankanpadaaspekpengaturan
(management) lingkunganpembelajaran yang berkaitandenganpengaturan orang
(siswa) danbarang/fasilitas.
Tujuanpengelolahankelasadalahmenyediakanfasilitasbagibermacam-macamkegiatanbelajarsiswadalamlingkungan
social, emosional, danintelektual di
dalamkelas.Keterampilandalampengelolaankelasdapatbersifatpreventifsertarefresifdantingkahlaku.Namundalampenerapannyakadangterdapatmasalahdalampengelolaankelasbaiksecaraindividumaupunkelompok
yang timbuldikarenakanadanyakeanekaragamanperilakusiswa.
B.
Saran
Diharapkansistempengelolaankelas
agar lebihditingkatkanlagi agar
tujuanpembelajarandapattercapaisemaksimalmungkin.Perkembanganpembelajaran di
dunia global semakinpesat, olehkarenaitu guru
kelasdiwajibkanuntukmemilikikompetensikhusudalammengelolakelas agar
suasanabelajar yang menyenangkan, efektif, danefisiendapatterlaksanadenganbaik.
DaftarPustaka
Niswa, Ayuni.2011.Pengelolaan
KelasdalamPembelajaran (online diunduhdariwww.nizwaayuni.blogspot.com)
0 komentar:
Posting Komentar