Doni adalah seorang siswa
kelas V SD Harapan Bangsa. Ia tinggal bersama ibunya di rumah yang sederhana.
Ayahnya, Pak Burhan berada di luar kota untuk bekerja demi menafkahi
keluarganya. Doni adalah seorang anak yang sangat ceroboh, tidak rapi dan
kurang menjaga kebersihan diri dan lingkungannya. Setiap hari ibu Doni, Bu
Fatma tidak henti-hentinya menasehati Doni dan terkadang memarahinya. Meski
demikian, ibunya sangat menyayangi Doni karena ia adalah anak semata wayang
dikeluarganya.
Malam itu Doni tengah
asyik bermain game kesayangannya. Karena waktu telah larut maka ibunya menyuruh
Doni untuk segera tidur agar tidak kesiangan.
“Doni, sudah malam, ayo
tidur dulu nak besok kamu kesiangan!”
“Nanti saja bu, aku masih
asik maen game nih!” jawab Doni membantah.
“Kamu ini, main game tidak
bosan-bosan! Kalau tidak mau tidur belajar, jangan main terus!” Dengan nada
tinggi ibunya memarahi Doni karena jengkel Doni selalu membantah.
Seperti biasa Doni bangun
kesiangan, setelah kaget melihat jam yang sudah menunjukkan waktu pukul 06.30
WIB, Doni langsung berlari menuju kamar mandi tanpa membereskan tempat tidurnya
dan merapikan kamarnya yang masih berantakan dan kotor. Dan bukannya mandi
ternyata Doni hanya mencuci muka dan menggosok gigi. Bu Fatma yang mengetahui
Doni tidak mandi langsung memarahinya.
“Doni jangan cuma cuci
muka dan gosok gigi, mandi yang bersih dan rapikan tempat tidurmu sebelum pergi
ke sekolah!”. Tetapi Doni tetap saja cuek dan buru-buru memakan roti dan
meminum susu yang disiapkan ibunya. Setelah selesai, Doni pamit kepada ibunya
untuk berangkat ke sekolah.
“Hati-hati dan jangan
jajan sembarangan ya!” kata Bu Fatma. Bu Fatma heran melihat tingkah laku anak
semata wayangnya yang ceroboh itu.
Setiba di sekolah Doni
berlari menuju kelasnya karena takut dimarahi oleh gurunya.
“Doni, lagi-lagi kamu
terlambat. Mengapa kamu bisa terlambat Don?” tanya Pak Mochtar.
“Maaf Pak Mochtar, saya
kesiangan karena bermain game semalam.” jawab Doni dengan gugup.
“Doni Doni, makannya
jangan tidur terlalu larut. Akibatnya jadi kesiangan kan? Nah untuk kalian
semua, ini pelajaran untuk kalian ya! Jangan tidur terlalu malam, akibatnya ya
seperti Doni ini. Mengerti anak-anak?”
“Mengerti pak!” jawab
murid-murid dengan serempak.
“Nah, Doni kamu silakan
duduk dan simak pelajaran dengan baik ya!”
“Iya pak.”
Bel pun berbunyi, semua
murid keluar dari kelas dan berlari menuju kantin karena mereka telah merasa
lapar. Doni melihat seorang pedagang yang berjualan disekitar sekolah yang
menjual cendol. Karena haus akhirnya doni membeli cendol tersebut. Padahal ibunya
telah melarangnya untuk membeli jajanan di luar sekolah karena tidak terjamin kebersihannya.
Setelah membeli cendol, Doni pun membeli gorengan di dekat penjual cendol itu tanpa
mencuci tangan Doni langsung saja memakan gorengan yang baru dibelinya.
Di tengah-tengan jam
pelajaran Doni sakit perut, Doni bolak-balik ke kamar mandi. Pak Mochtar yang
mengetahui hal itu langsung menghampiri Doni, “kamu kenapa Don?”
“Sakit perut pak.” jawab Doni lirih. Pak Mochtar langsung
memberinya obat sakit perut dan menyuruh Doni beristirahat di UKS sekolah.
Setiba di rumah Doni meletakkan
kaos kaki dan sepatunya di depan pintu rumahnya, ia tidak berani bercerita
kepada ibunya karena takut dimarahi. Doni hanya bersikap biasa lalu tidur di skamarnya.
Namun melihat kamarnya yang berantakan Doni akhirnya pindah di ruang keluarga.
Ibunya sengaja tidak membersihkan kamar
Doni agar Doni bisa belajar menjaga kebersihan. Bu Fatma yang melihat Doni
demikian lalu menyuruh Doni untuk mandi dan membersihkan kamarnya yang sangat
kotor dan berantakan. Akan tetapi karena perut Doni masih sedikit sakit ia
hanya diam dan tetap melanjutkan tidur. Bu Fatma akhirnya membiarkannya karena
lelah terus memarahi anaknya itu. Sorenya Doni dibangunkan Bu Fatma dan
menyuruhnya mandi setelah seharian belum mandi. Karena takut dimarahi, Doni akhirnya bangun dan menuruti perkataan ibunya.
Keesokan harinya Doni diantar ke sekolah
karena kurang sehat. Sesampai di sekolah Doni dan ibunya bertemu dengan Pak
Mochtar, karena merasa takut rahasianya terbongkar Doni langsung menyalami ibu
dan gurunya lalu berlari menuju kelas.
“Bagaimana Doni bu, sudah
sembuh ya sepertinya?” tanya Pak Mochtar kepada Bu Fatma. Bu Fatma kaget
mendengar pertanyaan dari Pak Mochtar lantas menanyakan maksud dari pertanyaan
tersebut. Setelah dijelaskan Bu Fatma lalu pamit pulang dan menitipkan Doni
takut-takut terjadi sesuatu pada anak semata wayangnya. Doni memang sering
sakit-sakitan akibat kurang bisa menjaga kebersihan, ia sering flu, sakit
perut, gatal-gatal dan sebagainya.
Sepulang sekolah Doni
dipanggil ibunya dan ditanya mengapa Doni tidak bercerita bahwa ia sempat sakit
di sekolah. Doni hanya tertunduk pelan. Dengan lembut Bu Fatma membelai kepala
Doni.
“Kamu jangan takut
bercerita dengan ibu, kalau ada apa-apa cerita dengan ibu, jangan takut. Ibu
marah karena ibu sayang sama Doni, ya Doni ?”. “Jangan jajan di sembarang
tempat, ibu kan sudah bilang kalau jajanan dipinggir jalan itu belum terjamin
kebersihannya, apalagi kamu makan tanpa mencuci tangan dengan sabun, kamu jadi sakit
perut kan? Jangan diulangi lagi ya?”. Doni hanya mengangguk, Bu Fatma lalu
menyuruhnya pergi ke kamar untuk berganti baju dan menyuruhnya makan siang.
Hari itu adalah hari minggu, Doni dan
kawan-kawannya asyik bermain bola di lapangan yang becek
setelah dihujani semalaman. Bu Fatma sebenarnya kawatir karena tahu akan sifat
anaknya yang kurang mampu menjaga kebersihan. Tetapi Bu Fatma juga tidak bisa
mencegah anaknya untuk bermain bola bersama teman-temannya.
Sepulang dari bermain
bola, dengan keringat yang bercucuran serta baju yang kotor karena lumpur Doni
hanya bersantai di depan rumah sambil menikmati semilir angin sore yang
berhembus. Bu Fatma menghampiri Doni, memberinya handuk dan menyuruhnya mandi.
Tetapi bukannya mandi Doni malah mengambil sepotong roti yang dibelinya setelah
pulang dari bermain sepak bola dan hanya membasuh tangannya dengan air saja.
Ibunya yang melihat tindakan Doni kembali memarahinya.
“Doni bukannya mandi malah
makan! Cuci tanganmu dengan sabun sebelum makan, nanti kamu sakit perut!”.
“Males ah bu!” jawab Doni
dengan entengnya.
Malamnya Doni tidak keluar
kamar. Ibunya ynag kawatir akhirnya masuk ke kamar Doni dan menyuruhnya makan. Setelah
masuk ke kamar Doni, Bu Fatma melihat Doni terbaring di kamarnya dan memegang
perutnya.
“Kamu kenapa nak ?” tanya
Bu Fatma kawatir.
“Perutku sakit bu, rasanya
seperti ditekan dan “Perutku sakit bu, rasanya seperti ditekan dan nyeri, dari tadi bolak
balik ke kamar mandi dan muntah-muntah bu” jawab Doni pelan karena badannya yang terasa
sangat lemas.
Bu Fatma yang kawatir lalu memberinya garam oralit untuk
mengganti cairan yang
hilang akibat BAB yang berlebihan dan muntah-muntah. Selain itu Bu Fatma juga memberinya obat diare, Bu Fatma
mengira anaknya terkena diare karena tadi makan tanpa
mencuci tangan dengan sabun. Akan tetapi keadaan Doni tidak membaik juga,
akhirnya Bu Fatma membawa Doni ke rumah sakit. Karena resah akhirnya Bu Fatma
menelfon suaminya yang berada di luar kota. Setelah dihubungi Pak Burhan
akhrinya pulang karena cemas dengan keadaan Doni. Di jalan Pak Burhan selalu
memikirkan keadaan Doni dan bertanya-tanya mengapa Doni bisa sampai sakit
seperti itu.
“Bagaimana dok anak saya? Doni sakit apa? Doni
baik-baik saja kan dok?” tanya bu Fatma cemas kepada dokter yang memeriksa
Doni.
“Doni terkena kolera, atau
disebut juga muntaber. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Vibrio
Cholerae yang
punya nama alias lain Ibacillus Coma. Kuman ini disebarkan melalui makanan
dan minuman yang tercemar. Tapi Ibu tenang saja,
Doni sudah kami tangani dan keadaannya sudah membaik.” jelas Dokter Sugandi.
“Terimakasih dok”.
“Iya sama-sama bu, itu
sudah menjadi tugas kami sebagai seorang dokter. Mari bu saya harus memeriksa
pasien lainnya”.
“Iya dok, silakan”.
Keesokan harinya setelah
Pak Burhan datang, “Doni sakit apa bu? Kenapa bisa sakit seperti ini ?”.
“Doni terkena kolera pa,
tapi sudah ditangani oleh dokter dan sekarang sudah membaik. Doni kemarin jajan
sembarangan pa, kemungkinan makanan yang dibelinya sudah tercemar” jelas Bu
Fatma kepada suaminya.
Setelah mendapat
penjelasan dari Bu Fatma, Pak Burhan merasa lebih tenang. Akhirnya Bu Fatma
pergi untuk membeli makanan untuk sarapan pagi mereka. Doni pun merasa senang
karena ayahnya pulang dan menemaninya.
Sorenya, teman-teman Doni
beserta Pak Mochtar datang menjenguk. Dibawakannya buah-buahan dan roti
kesukaan Doni. Bu Fatma dan Pak Burhan menyambutnya dengan senang.
“Bagaimana keadaan kamu
Doni?” tanya Pak Mochtar.
“Sudah baikan pak”.
“Alhamdulilah, nah ini
pelajaran buat kamu ya! Jangan jajan sembarangan lagi, dan cuci tanganmu
sebelum makan”.
“Iya Don, kalau kita
menjaga kebersihan tubuh kita pasti juga akan lebih sehat. Seperti kata pepatah
bersih pangkal sehat” sahut salah seorang teman Doni. Namanya Budi, ia adalah
teman dekat Doni di sekolah.
“Betul itu Budi, dan
hati-hati dalam membeli makanan. Karena belum tentu makanan yang dijual itu
terjamin kebersihannya” jelas Pak Burhan.
“Iya pak, terimakasih nasihatnya.
Saya tidak akan jajan sembarangan lagi” jawab Doni. Setelah lama berbincang-bincang
akhirnya Pak Mochtar dan teman-teman Doni pamit pulang.
“Pak Burhan, kami pulang
dulu semoga Doni lekas sembuh dan bisa kembali belajar di sekolah”.
“Iya pak, terimakasih atas
kunjungannya. Mari saya antar” jawab Pak Burhan.
Setelah beberapa hari Doni
dirawat, akhirnya Doni boleh pulang. Doni, Bu Fatma dan Pak Burhan sangat
senang. Dengan kejadian ini, akhirnya Doni menyadari betapa pentingnya menjaga
kesehatan. Doni berjanji pada dirinya sendiri akan menjaga kebersihan mulai dari sekarang.
~Selesai~
Karya: Apriatun
0 komentar:
Posting Komentar