Setelah mengkaji bagian ini
diharapkan kita memiliki kompetensi :
1. Menjelaskan maksud prinsip-prinsip belajar
2. Menjelaskan beberapa prinsip belajar yang esensial.
3. Mengemukakan beberapa contoh penerapan prinsip-prinsip belajar.
4. Menjelaskan implikasi prinsip-prinsip belajar dalam pembelajaran.
A. PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
Agar aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran terarah pada
upaya peningkatan potensi siswa secara komprehensip, maka pembelajaran harus
dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar, yang bertolak dari
kebutuhan internal siswa untuk belajar. Davies (1991:32), mengingatkan beberapa
hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar
belajar dalam proses pembelajaran, yaitu :
1. Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri.
Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
2. Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk
setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar.
3. Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan
penguatan (reinforcement).
4. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran,
memungkinkan murid belajar secara lebih berarti.
5. Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka
ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih
baik.
Prinsip belajar menunjuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru
agar terjadi proses belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan
dapat mencapai hasil yang harapkan. Prinsip-prinsip belajar juga memberikan
arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar para siswa dapat
berperan aktif di dalam proses pembelajaran.
B. Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar dalam Pembelajaran
1. Prinsip perhatian dalam motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan dua aktivitas yang memiliki keterkaitan
yang sangat erat. Untuk menumbuhkan perhatian diperlukan adanya motivasi.
Sejumlah hasil penelitian bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika anak
memiliki motivasi yang kuat untuk belajar.
Hamalik (2001), mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi
di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan dan
reaksi untuk mencapai tujuan). Perubahan energi di dalam diri seseorang
tersebut kemudian membentuk suatu aktivitas nyata dalam bebagai bentuk
kegiatan.
Motivasi terkait erat dengan kebutuhan. Semakin besar kebutuhan seseorang
akan sesuatu yang ingin ia capai, maka akan semakin kuat motivasi untuk
mencapainya. Kebutuhan yang kuat terhadap sesuatu akan mendorong seseorang
untuk mencapainya dengan sekuat tenaga. Hanya dengan motivasilah anak didik
dapat tergerak hatinya untuk belajar bersama teman-temannya yang lain
(Djamarah, 2006:148).
Motivasi dapat bersifat internal dan eksternal. Beberapa penulis atau ahli
yang lain menyebutnya motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi internal atau
motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan
suatu aktivitas. Motivasi eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar diri
individu. Motivasi eksternal melalui proses belajar dan interaksi individu
dengan lingkungannya dapat berubah menjadi motivasi internal. Proses perubahan
dari motivasi ekstrinsik menjadi motivasi intrinsik pada seseorang disebut
“transformasi motif” (Dimyati dan Mudjiono, 1994:41).
Penerapan prinsip-prinsip motivasi dalam proses pembelajaran akan dapat
berlangsung dengan baik, bilamana guru memahami beberapa aspek yang berkenaan
dengan dorongan psikologis sebagai individu dalam diri siswa sebagai berikut :
a. Setiap individu tidak hanya didorong oleh pemenuhan aspek biologis,
sosial dan emosional, akan tetapi individu perlu juga dorongan untuk mencapai
sesuatu yang lebih dari yang ia miliki saat ini.
b. Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong
terjadinya peningkatan usaha.
c. Motivasi dipengaruhi oleh unsr-unsur kepribadian.
d. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan
motivasi belajar.
e. Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa
sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
f. Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh
terdapat motivasi dan perilaku.
g. Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas,
memang ada bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan
karena memang ingin belajar.
h. Kompetisi dan insentif dalam waktu tertentu dapat meningkatkan motivasi.
i. Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu
dalam suasana belajar yang memuaskan.
j. Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu
dapat mempertinggi motivasi.
Agar motivasi belajar siswa dapat tumbuh dengan baik maka guru harus
berusaha :
· Merancang atau menyiapkan bahan
ajar yang menarik.
· Mengkondisikan proses belajar
aktif.
· Menggunakan metode dan teknik
pembelajaran yang menyenangkan.
· Mengupayakan pemenuhan kebutuhan
siswa di dalam belajar (misalnya kebutuhan untuk dihargai, tidak merasa
tertekan, dsb)
· Meyakinkan siswa bahwa mereka mampu
mencapai suatu prestasi.
· Mengoreksi sesegera mungkin
pekerjaan siswa dan sesegera mungkin pula memberitahukan hasilnya kepada siswa.
· Memberitahukan nilai dari
pelajaran yang sedang dipelajari siswa dan menghubungkannya dengan kehidupan
nyata sehari-hari.
2. Prinsip Transfer dan Retensi
Berkenaan dengan proses transfer dan retensi terdapat beberapa prinsip
yaitu :
a. Tujuan belajar dan daya ingat dapat menguat retensi.
b. Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik.
c. Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik dimana
proses belajar itu terjadi.
d. Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang lebih baik.
e. Penelaahan bahan-bahan faktual, keterampilan dan konsep dapat
meningkatkan retensi.
f. Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dapat memberikan hasil yang memuaskan.
g. Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru
yang sama dipelajari mengikuti bahan yang lalu.
h. Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap
dengan baik dan dapat diterapkan lebih berhasil dengan cara
menghubung-hubungkan penerapan prinsip yang dipelajari dengan memberikan
ilustrasi unsur-unsur yang serupa.
i. Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapatkan
kemudahan bila hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan
dalam situasi yang agak sama dapat diciptakan.
j. Tahap akhir proses belajar seyogyanya memasukkan usaha untuk menarik
generalisasi, yang pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan
transfer.
3. Prinsip Keaktifan
Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik
intelektual, emosional dan fisik jika dibutuhkan. Pandangan mendasar yang perlu
menjadi kerangka pikir setiap guru adalah bahwa pada prinsipnya anak-anak
adalah makhluk yang aktif. Individu merupakan manusia belajar yang aktif dan
selalu ingin tahu. Daya keaktifan yang dimiliki anak secara kodrati itu akan
dapat berkembang ke arah yang positif bilamana lingkungannya memberikan ruang
yang baik untuk tumbuh suburnya keaktifan itu.
Menurut teori belajar Kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat
aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya
saja tanpa mengadakan transformasi.
Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer begitu saja dari
pikiran orang yang mempunyai pengetahuan ke pikiran orang yang belum mempunyai
pengetahuan. Bahkan bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide dan
pegertian kepada seorang murid, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan
dikonstruksikan oleh si murid lewat pengalamannya (Glasersferld dalam
Battencourt, 1989).
Dalam proses konstruksi itu menurut Glasersferld, diperlukan beberapa
kemampuan; (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, (2)
kemampuan membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi) mengenai persamaan
dan perbedaan, dan (3) kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu
daripada pengalaman yang lain.
Implikasi prinsip keaktifan atau aktivitas bagi guru di dalam proses
pembelajaran adalah:
a. Memberi kesempatan, peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk
berkreativitas dalam prose pembelajarannya.
b. Memberikan kesempatan melakukan pengamatan, penyelidikan atau inkuiri
dan eksperimen.
c. Memberikan tugas individual dan kelompok melalui kontrol guru.
d. Memberikan pujian verbal dan non verbal terhadap siswa yang memberikan
respons terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
e. Menggunakan multi metode dan multi media di dalam pembelajaran.
4. Prinsip Keterlibatan Langsung
Sejumlah hasil penelitian membuktikan lebih dari 60% sesuatu yang diperoleh
dari kegiatan belajar didapatkan dari keterlibatan langsung. Edgar Dale dalam
penggolongan pengalaman belajarnya yang dituangkan di dalam kerucut pengalaman
belajar mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui
penglaman langsung. Keterlibatan langsung siswa memberi banyak sekali manfaat
yang langsung dirasakan pada saat terjadinya proses pembelajaran tersebut.
Implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi guru adalah:
a. Mengaktifan peran individual atau kelompok kecil di dalam penyelesaian
tugas.
b. Menggunakan media secara langsung dan melibatkan siswa untuk melakukan
berbagai percobaan atau eksperimen.
c. Memberi keleluasaan kepada siswa untuk melakukan berbagai percobaan atau
eksperimen.
d. Memberikan tugas-tugas praktek.
Bagi siswa, implikasi prinsip keterlibatan langsung ini adalah: (1) siswa
harus terdorong aktif untuk mengalami sendiri dalam melakukan aktivitas
pembelajaran, (2) siswa dituntut untuk aktif mengerjakan tugas-tugas.
5. Prinsip Pengulangan
Teori belajar klasik yang memberikan dukungan paling kuat terhadap prinsip
belajar pengulangan ini adalah teori psikologi daya. Berdasarkan teori ini,
belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang meliputi daya
berpikir, mengingat, mengamati, manghafal, menanggapi dan sebagainya. Melalui
latihan-latihan maka daya-daya tersebut semakin berkembang. Sebaiknya semakin
kurang pemberian latihan, maka daya-daya tersebut semakin lambat
perkembangannya.
Di samping teori psikologi daya, prinsip pengulangan ini juga didasari oleh
teori Psikologi Asosiasi atau Connecsionisme yang dipelopori oleh teori
Thorndike dengan salah satu hukum belajarnya “Low of exercise” yang
mengemukakan bahwa belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respons.
Pandangan psikologi condisioning juga memberikan dasar yang kokoh bagi
pentingnya proses latihan. Psikologi ini berpandangan bahwa munculnya respons,
tidak saja disebabkan oleh adanya stimulus, akan tetapi lebih banyak disebabkan
karena adanya stimulus yang dikondisikan.
Stephen R. Covey, pengarang buku The 7 Habits of Effective People,
mengemukakan bahwa kebiasaan sebagai titik pertemuan dari pengetahuan,
keterampilan dan keinginan. Pengetahuan adalah paradigma teoritis, apa
yang harus dilakukan dan mengapa. Keterampilan adalah bagaimana
melakukannya. Dan keinginan adalah motivasi, keinginan untuk melakukan.
Agar sesuatu bisa menjadi kebiasaan dalam hidup kita, kita harus mempunyai
ketiga hal tersebut. Pandangannya ini digambarkan sebagai berikut:
Pengetahuan
(apa yang harus dilakukan,
mengapa)
|
Keterampilan
(bagaimana melakukan)
|
Pola Terbentuknya Kebiasaan
|
KEBIASAAN
|
Keinginan
(mau melakukan)
|
Implikasi prinsip-prinsip pengulangan bagi guru adalah:
a. Memilah pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan.
b. Merancang kegiatan pengulangan.
c. Mengembangkan soal-soal latihan.
d. Mengimplementasikan kegiatan-kegiatan pengulangan yang bervariasi.
Sedangkan pada siswa sangat dituntut untuk memiliki kesadaran yang mendalam
agar bersedia melakukan pengulangan latihan-latihan baik yang ditugaskan oleh
guru maupun atas inisiatif dan dorongan diri sendiri.
6. Prinsip Tantangan
Deporter (2000:23) mengemukakan bahwa studi-studi menunjukkan bahwa siswa
lebih banyak belajar jika pelajarannya memuaskan, menantang serta ramah, dan
mereka memiliki peran di dalam pengambilan keputusan. Bilamana anak merasa
tertantang dalam suatu pelajaran, maka ia dapat mengabaikan aktivitas lain yang
dapat mengganggu kegiatan belajarnya. Mihaly Csikszentmihalyi, psikolog dari
Universitas Chicago dikenal karena penelitiannya dalam mendokumentasikan suatu
“keadaan dimana seseorang sangat terlibat dalam sebuah kegiatan sehingga hal
lain seakan tak berarti lagi”. Goleman menjelaskan tentang keadaan flow
ini. Jika tuntunan terlalu sedikit, orang akan menjadi bosan. Jika tuntutan
terlalu besar untuk diatasi, mereka akan menjadi cemas. Flow terjadi di
daerah genting antara kebosanan dan kecemasan.
Kurt Lewin dalam sebuah teori yang dinamakannya “Teori Medan” (Field
Theory), mengemukakan bahwa siswa di dalam suatu situasi belajar berada dalam
suatu medan atau lapangan psikologis.
Beberapa bentuk kegiatan berikut dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru
untuk menciptakan tantangan dalam kegiatan belajar, yaitu :
1) Merancang dan mengelola kegiatan inquiry dan eksperimen.
2) Memberikan tugas-tugas pemecahan masalah kepada siswa.
3) Mendorong siswa untuk membuat kesimpulan pada setiap sesi pembelajaran.
4) Mengembangkan bahan-bahan pembelajaran yang menarik.
5) Membimbing siswa menemukan fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi.
6) Merancang dan mengelola kegiatan diskusi.
7. Prinsip Balikan dan Penguatan
Prinsip balikan dan penguatan pada dasarnya merupakan implementasi dari teori
belajar yang dikemukakan oleh Skiner melalui Teori Operant Conditioning
dan salah satu hukum belajar dari Thorndike yaitu “law of effect”.
Menurut hukum belajar ini, siswa akan belajar lebih bersemangat apabila
mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil belajar, apalagi hasil yang
baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh positif bagi
upaya-upaya belajar berikutnya. Namun dorongan belajar, menurut Skinner tidak
hanya muncul karena penguatan yang menyenangkan, akan tetapi juga terdorong
oleh penguatan yang tidak menyenangkan, dengan kata lain penguatan positif dan
negatif dapat memperkuat belajar.
Memberi penguatan (reinforcement) merupakan tindakan atau respon terhadap
suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong munculnya peningkatan kualitas
tingkah laku pada waktu yang lain.
Sumantri dan Permana (1999:274) mengemukakan secara khusus beberapa tujuan
dari pemberian penguatan, yaitu:
a. Membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
b. Merangsang peserta didik berpikir lebih baik.
c. Menimbulkan perhatian peserta didik.
d. Menumbuhkan kemampuan berinisiatif secara pribadi.
e. Mengendalikan dan mengubah sikap negatif peserta didik dalam belajar ke
arah perilaku yang mendukung belajar.
Terdapat beberapa jenis penguatan yang dapat dilakukan guru:
1) Penguatan verbal, yaitu penguatan yang diberikan guru berupa
kata-kata/kalimat yang diucapkan, seperti: “bagus”, “baik”, “smart”, “tepat”
dan sebagainya.
2) Penguatan gestural, yaitu penguatan berupa gerak tubuh atau mimik muka
yang memberi arti/kesan baik kepada peserta didik. Penguatan gestural dapat
berupa; tepuk tangan, acungan jempol, anggukan, tersenyum, dan sebagainya.
3) Penguatan dengan cara mendekati, yaitu perhatian guru terhadap perilaku
peserta didik dengan cara mendekatinya. Penguatan dengan cara mendekati ini
dapat dilakukan ketika peserta didik menjawab pertanyaan, bertanya, berdiskusi
atau sedang melakukan aktivitas-aktivitas lainnya.
4) Penguatan dengan cara sentuhan, yaitu penguatan yang dilakukan guru
dengan cara menyentuh peserta didik, seperti menepuk pundak, menjabat tangan,
mengusap kepala peserta didik, atau bentuk-bentuk lainnya.
5) Penguatan dengan cara memberikan kegiatan yang menyenangkan. Memberikan
penghargaan kepada kepada kemampuan peserta didik dalam suatu bidang tertentu,
seperti peserta didik yang pandai bernyanyi diberikan kesempatan untuk melatih
vokal pada temannya.
6) Penguatan berupa tanda atau benda, yaitu memberikan penguatan kepada
peserta didik berupa simbol-simbol atau benda-benda. Penguatan ini dapat berupa
komentar tetulis atas karya peserta didik, hadiah, piagam, lencana, dan
sebagainya.
Ketepatan pemberian dan penggunaan penguatan harus mendapat perhatian guru.
Bilamana penguatan dipergunakan pada situasi dan waktu yang tidak tepat, maka
hal itu dapat kehilangan keefektifannya. Sebaliknya bilamana penguatan itu
dipergunakan secara tepat, maka akan memberikan pengaruh yang positif terhadap
aktivitas belajar peserta didik.
Implikasi prinsip-prinsip balikan dan penguatan bagi guru antara lain; (1)
memberikan balikan dan penguatan secara tepat, baik tenik, waktu maupun
bentuknya, (2) memberikan kepada siswa jawaban yang benar, (3) mengoreksi dan
membahas pekerjaan siswa, (4) memberikan catatan pada hasil pekerjaan siswa
baik berupa angka maupun komentar-komentar tertentu, (5) memberikan lembar
jawaban atau kerja siswa, (6) mengumumkan atau menginformasikan peringkat
secara terbuka, (7) memberikan penghargaan.
8. Prinsip Perbedaan Individual
Hasil sejumlah riset menunjukkan bahwa keberagaman faktor, seperti sikap
siswa, kemampuan dan gaya belajar, pengetahuan serta memberikan dan konteks
pembelajaran merupakan komponen yang memberikan dampak sangat penting terhadap
apa yang sesungguhnya harus siswa-siswa pelajari (Killen, 1998:5).
Dalam pandangan DePorter & Hernacki (2001:117) terdapat tiga
karakteristik atau modalitas belajar siswa yang perlu diketahui oleh setiap
pendidik dalam proses pembelajaran, yaitu:
a. Orang-orang yang visual, yang sering kali ditandai suka
mencoret-coret ketika berbicara di telpon, berbicara dengan tepat, lebih suka
melihat peta daripada mendengar penjelasan.
b. Orang-orang yang auditorial, yang sering ditandai suka berbicara
sendiri, lebih suka mendengarkan ceramah atau seminar daripada membaca buku,
lebih suka berbicara daripada menulis.
c. Orang-orang yang kinestetik, yang sering ditandai berpikir lebih
baik ketika bergerak atau berjalan, banyak menggerakkan anggota tubuh ketika
berbicara, sulit untuk duduk dan diam.
Peserta didik adalah individual yang memiliki keunikan, berbeda satu sama
lain dan tidak satupun yang memiliki ciri-ciri persis sama meskipun mereka itu
kembar. Setiap individu pasti memiliki karakteristik yang berbeda dengan
individu lainnya. Perbedaan individual ini merupakan kodrat manusia yang
bersifat alami.
Pembelajaran yang bersifat klasikan yang mengabaikan perbedaan-perbedaan
individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara. Cara-cra yang dapat ditempuh
oleh guru antara lain penggunaan metode atau pendekatan secara bervariasi
sehingga semakin besar memberikan peluang tumbuhnya perhatian siswa di dalam
latar belakang perbedaan individual. Upaya lain yang dapat dilakukan guru
adalah dengan menambah waktu belajar bagi siswa-siswa yang memiliki kemampuan
rendah, atau memberikan pengayaan bagi siswa-siswa yang memiliki kemampuan
lebih dari yang lain.
Implikasi atau penerapan prinsip-prinsip perbedaan individual dalam proses
pembelajaran, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan guru sebagai
berikut:
1) Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan
dirinya dan untuk selanjutnya mendapat perlakuan dan layanan kegiatan belajar
yang mereka butuhklan.
2) Para siswa harus terus didorong memahami potensi dirinya dan untuk
selanjutnya mampu merencanakan dan melaksanakan kegiatan.
3) Peserta didik membutuhkan variasi layanan, tugas, bahan dan metode yang
selaras dengan minat, tujuan, dan latar belakang mereka. Hal ini terutama
disebabkan para pesrta didik cenderung memilih kegiatan belajar yang sesuai
dengan pengalaman masa lampau yang mereka rasakan bermakna untuk dirinya.
4) Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan
dirinya serta pemenuhan kebutuhan belajar maupun bimbingan yang berbeda dengan
siswa-siswa yang lain.
5) Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar dapat lebih diperkuat
bilamana para siswa tidak merasa terancam oleh proses yang ia ikuti serta
lingkungannya sehingga mereka memiliki keleluasan untuk berpartisipasi secara
efektif dalam kegiatan belajar.
6) Para siswa yang telah memahami kekuatan dirinya akan lebih cenderung
memiliki dorongan dan minat untuk belajar secara lebih sungguh-sungguh.
Prinsip Belajar
Kognitif
a) Perhatian harus dipusatkan pada aspek-aspek lingkungan yang relevan
sebelum proses belajar kognitif terjadi.
b) Hasil belajar kognitif akan bervariasi sesuai dengan taraf dan jenis
perbedaan individual yang ada.
c) Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata atau kemampuan membaca,
kecakapan dan pengalaman berpengaruh langsung terhadap proses belajar kognitif.
d) Pengalaman belajar harus diorganisasikan ke dalam satuan-satuan
unit-unit yang sesuai.
e) Bila menyajikan konsep, kebermaknaan dalam konsep amatlah penting.
Perilaku mencari, penerapan, pendefinisian resmi dan penilaian sangat
diperlukan untuk menguji bahwa suatu konsep benar-benar bermakna.
f) Dalam pemecahan masalah, para siswa harus dibantu untuk mendefinisikan
dan membatasi lingkup masalah, menemukan informasi yang sesuai, menafsirkan dan
menganalisis masalah dan memungkinkan tumbuhnya kemampuan berpikir yang multi
dimensional (divergent thinking).
Prinsip Belajar
Afektif
a) Sikap dan nilai tidak hanya diperoleh dari proses pembelajaran langsung,
akan tetapi sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain.
b) Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan.
c) Nilai-nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar
perilaku kelompok.
d) Bagaimana para siswa menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap
situasi akan memberi dampak dan pengaruh terhadap proses belajar afektif.
e) Dalam banyak kesempatan nilai-nilai penting yang diperoleh pada masa
kanak-kanak akan tetap melekat sepanjang hayat.
f) Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yng
erat.
g) Model interaksi guru dan siswa yang positif dalam proses pembelajaran di
kelas, dapat memberikan kontribusi bagi tumbuhnya sikap positif di kalangan
siswa.
h) Para siswa dapat dibantu agar lebih matang dengan cara memberikan
dorongan bagi mereka untuk lebih mengenal dan memahami sikap, peranan serta
emosi.
Prinsip Belajar
Psikomotorik
a) Perkembangan psikomotorik anak, sebagian berlangsung secara beraturan
dan sebagian diantaranya tidak beraturan.
b) Di dalam tugas suatu kelompok akan menunjukkan variasi kemampuan dasar
psikomotorik.
c) Struktur ragawi dan sistem syaraf individu membantu menentukan taraf
penampilan psikomorik.
d) Melalui aktivitas bermain dan aktivitas informal lainnya para siswa akan
memperoleh kemampuan mengontrol gerakannya secara lebih baik.
e) Seirama dengan kematangan fisik dan mental, kemampuan belajar untuk
memadukan dan memperluas gerakan motorik akan lebih dapat diperkuat.
f) Faktor-faktor lingkungan memberikan pengaruh terhadap bentuk dan cakupan
penampilan psikomotor individu.
g) Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif siswa dapat
menambah efisiensi belajar psikomotorik.
h) Latihan yang cukup yang diberikan dalam rentang waktu tertentu dapat
memperkuat proses belajar psikomotorik.
i) Tugas-tugas psikomotorik yang terlalu sukar bagi siswa dapat menimbulkan
keputusasaan dan kelelahan yang lebih cepat.
Sumber: http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/25/prinsip-prinsip-belajar-321157.html
0 komentar:
Posting Komentar